KAU SEMPURNAKAN-KU
‘ku tak
ingin kau tahu
Ku tak
sanggup bila harus mengatakan padamu
Suara
hatiku yang selalu bergemuruh
Menyebutkan
namamu
Dan
selalu kusebut dalam doa malamku
Semoga
engkau mendapatkan kebahagiaanmu
Bersama
sang pilihanmu
Meski
kutahu
Bahwa aku
sungguh mengharapkanmu’
Begitulah
tulisan diary Rena pada malam itu, tertanggal 20 Agustus 2006, dia seorang
siswi SMA di Sekolah Negeri kotanya. Ayahnya seorang pegawai Negeri dan ibunya sebagai
Ibu Rumah Tangga.
“Rena,
Sherly mencarimu!” teriak ibunya dari
luar. “iya bu, sebentar” langsung dia tutup diary nya dan bergegas menemui
Sherly, teman dari SMP yang masih akrab hingga sekarang. Tamunya malam itu
tidak sendirian bersana Ana dan Vanny yang menjadi temannya sejak sekolah
menengah atas. Waktu itu Vanny lupa membawa telur sebagai perlengkapan masa
orientasi yang mengakibatkan dia akan dihukum senior, seketika itu buru-buru
Rena memberikan sebutir telur miliknya karena dia membawa lebih. Pertemanan
dimulai sejak saat itu. Dan Ana salah satu anak pejabat yang dikucilkan
teman-temannya karena kasus korupsi pernah menyambar ayahnya. Hanya Rena dan
teman-temannya yang mampu menerima apa adanya sebagai seorang teman.
Persahabatan mereka sangat erat, seperi terkoneksi dalam fikiran.
“nulis puisi
lagi buat Arga?” goda Ana
“emmm,
enggak kok Cuma lagi baca novel aja”, bantah Rena
“kalau bohong
matanya gak usah lirik kesana kemari dong” tambah Sherly “mau sampai kapan suka
diem-diem gini? Kalau kamu nyatain duluan gak jadi masalah kok, dia gak bakal
tau kalau kamunya introvet gini”.
“aku cuma
belum ngerasa pantes Sher, aku pengen dia tahu saat aku sempurna dan pantes
disandingnya”. Sambil menghela nafas panjang. “udah yuk bahas PR aja, lagian
kalau telat ngumpulin tugas Pak Herman, bakalan disuruh kumpulin daun kering.
Mau???? Aku sih ogah”. Rena berjalan ke kamarnya dan diikuti ketiga temannya.
Ibu Rena mangantarkan minuman dan camilan untuk menemani belajar mereka. Mereka
memulai mengerjakan tugas masing-masing.
“membosankan,
hanya belajar dan belajar, sungguh aku akan meloncati pendidikan kuliah” keluh
Ana
“kalau males
belajar gimana dengan cita-citamu yang jadi menteri pendidikan?” Tanya Rena
“itu
hebatnya aku, aku akan jadi menteri pendidikan tanpa gelar sarjana”
“iyah dan
kamu akan jadi menteri pendidikan yang lengser dalam satu hari saja masa
jabatanmu, hahaha” ledek Sherly
“sungguh aku
ingin jadi menteri pendidikan karena ingin mengubah system pendidikan di negeri
kita. Emang dengan system sekarang ini Negara kita jadi Negara maju?”
Mereka saling
bercanda dan meledek masing-masing. Memang Ana memiliki pandangan yang lebih
unik untuk sistem pendidikan Negara ini. Namun tragisnya pendidikan Ana sendiri
kurang dia perhatikan, terbukti dari rankingnya yang mencapai 10 terbawah.
Jam menunjukan pukul 9 malam, ketiga teman
Rena berpamitan kepada ibu Rena. Rena masih tetap melanjutkan belajarnya ketika
teman-temannya pulang. “besok dilanjut lagi belajarya, sudah malam Ren.” Tegur
ibunya
“iya bu
tanggung, sebentar lagi”
Memang dari
ketiga temannya dialah yang paling rajin, tak heran dia menjadi siswi yang
disenangi guru-gurunya. Pagi pun tiba,
alarm Rena sudah berbunyi sejak semenit yang lalu, namun dia masih enggan
membuka matanya.
“Rena
bangun, siap-siap untuk sekolah Ren”, sambil menggedor ibunya membangunkan
putri semata wayangnya.
“iya bu,
Rena bangun” dengan malas dan masih tertutup matanya dia menggerayai meja untuk
mematikan alarm yang mengusik tidurnya. Dia bergegas mandi dan memakai
seragamnya.
“Ren sarapan
dulu, ayahmu sudah menunggu”. Sambil berteriak ibunya memanggil karena Rena tak
kunjung keluar dari kamarnya. Sambil tergopoh dia memasukkan buku-buku
pelajarannya dan bersiap untuk sarapan.
“hari ini kamu naik bis saja, ayah ada sedikit
urusan sehingga tidak bisa mengantarmu. Ini uang saku mu”. Ayahnya sambil menyodorkan 50ribu diatas meja
makan.
“iya yah,
Rena berangkat dulu yah, ibu” sambil mencium tangan kedua orang tuanya.
Sesampainya
disekolah dia bertemu Ana, yang baru saja turun dari mobil diantar oleh sopir
pribadinya. “Ren, kamu diantar siapa, kenapa jalan sampai sini?” Tanya Ana
“ayahku lagi
ada urusan jadi aku naik bis tadi”
“kenapa gak
ngabarin aku aja kan bisa sekalian bareng”
“udah ngak
papa, yang penting udah nyampek sekolah, udah yuk masuk keburu telat jam
pertama” ajak Rena. Sherly dan Vanny yang sudah dari tadi duduk manis dibangku
mereka masing-masing.
“baik
anak-anak bawa kedepan buku kalian”. Sambutan dipagi hari yang langsung meminta
buku PR para murid tiada lain adalah Pak Herman. Semuanya sudah mengumpulkan
kedepan tinggal Rena saja yang masih sibuk dengan tasnya. “Ren buruan kumpulin
buku kamu”. Bisik Ana
“kayaknya
buku aku ketinggalan dimeja belajar, aku lupa masukinnya tadi pagi, gimana
ini?”
“Rena mana
buku kamu?” Tanya pak Herman yang membuatnya menghentikan pencarian bukunya di
tas
Akhirnya
Rena menerima hukuman mengumpulkan daun kering dilingkungan sekolahnya. ‘kenapa
bisa ketinggalan, padahal aku sudah mengerjakannya semalam’ kata hatinya
Dia terus
mengumpulkan daun kering sebanyak yang dia temukan.
“hay!
hukuman dari pak Herman yah?” suara dari belakang yang mengaketkannya.
“i… iyah”
jawabnya terbata karena dia tak mengenal sosok yang dipandangnya, dan
jantungnya yang tiba-tiba berdebar kencang ketika melihat cowok didepannya.
“mau aku
bantuin, aku sedang dihukum juga keluar kelas, daripada gak ada kerjaan”
“iya boleh”
Mereka
berdua mengumpulkan daun kering itu bersama, sunyi tak ada yang berkata. Bahkan
tak terdengar pun suara nafas mereka. Hanya degupan jantung Rena yang
bergejolak entah mengapa.
“aku Jay, nama kamu siapa?”
“namaku
Rena” jawabnya singkat
“kamu anak
11 IPA 2 kan?”
Rena
mengangguk, dan berpikir bagaimana cowok itu mengenalnya padahal dia tak pernah
berjumpa bahkan bebicara.
“sudah cukup
banyak daunnya kamu bisa membawanya pada pak Herman”
“terimakasih”,
Rena langsung beranjak meninggalkan cowok tadi
‘jadi cewek
itu anaknya, senang mengetahui bagian tubuhku diterima oleh cewek cantik’, batinnya
Keesokan
harinya dia semakin sering bertemu dengan cowok misterius yang menolongnya
kemarin, tapi hanya sekilat petir saja. Saat berpapasan atau tak sengaja melihatnya
di lapangan saat cowok itu main bola.
“tahu gak
siapa cowok itu?” Tanya Rena sambil menunjuk salah seorang cowok di lapangan.
“enggak
pernah liat, kamu kenal?” Tanya Sherly
“enggak juga
dia kemarin yang bantuin aku cari daun kering”
“dia lumayan
keren, kalau dibandingin sama Arga beda tipis lah”, jawab Sherly
“bagiku tak
ada bandingannya buat seorang Arga”. Jawabnya jutek
“gila!
Sebegitu cintanya yah kamu sama Arga, sensi amat tiap kali sebut nama Arga”
“udah yuk ah
Vannny sama Ana udah nunggu di kantin” ajak Rena
Mereka
berdua pun berjalan menuju kantin, namun tak bisa dielakkan Rena masih
memikirkan cowok misterius tadi, jantungnya pun tiba-tiba berdetak kencang,
untuk kedua kalinya. Sesampainya di kantin Rena melihat Arga. “Sher, Arga sher
Arga…….” Sambil tersenyum dia melihat Arga didepannya
“siapa cewek
disampingnya,dari potongan rambutnya kok mirip Ana yah?” kata Sherly
“gak mungkin
lah Sher, mereka kan gak saling kenal”
“bisa aja
kan Ren, lagian dunia ini luas mereka bisa aja ketemu dilain tempat”
“kamu bener
sih Sher, tapi kalau mereka saling kenal kenapa Ana gak cerita. Dia tau aku ada
rasa sama Arga”. Akhirnya Rena memutuskan untuk kembali kekelasnya. Entah dia
sedikit kecewa dengan apa yang dilihatnya di kantin. “kamu aja ke kantin, aku
mau balik dulu Sher”
“kamu yakin?
Apa mau aku bawain makanan buat kamu?”
“ngak usah
Sher, makasih”, Rena pun langsung menuju kelasnya. Berjalan sambil berfikir apa
yang terjadi di kantin ‘apa mereka sudah saling kenal, kenapa begitu terlihat
akrab di kantin’, bergejolak hatinya memikirkan kejadian di kantin. Dia terus
saja berjalan padahal dia sudah melewati kelasnya. Dia pun tak sadar, berjalan
hingga ruang perpustakaan. Sesampai didepan perpus dia pun akhirnya menyadari
juga. Akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke perpustakaan mencari bacaan yang
dapat menghiburnya. Rena mencari - cari novel kesukaannya. Tiba-tiba seorang
cowok dibelakang mengagetkannya
“suka baca
novel?” tanyanya
“kamu??”,
tiba-tiba berdebar lagi jantung Rena
“suka baca
novel?” tanyanya lagi
“lumayan,
kamu lagi ngapain disini?”
“ini, kamu
pasti suka”, dia menyodorkan sebuah buku kepada Rena, lantas meninggalkannya
“Kau Sempurnakan-Ku”
Rena mebaca judul buku yang dipegangnya. “menarik juga, kamu udah baca?”
“udah baru
aja aku kembalikan ke perpus”, lantas dia meninggalkan Rena dan buku itu.
Rena
mengambil buku itu dan meminjamnya untuk dibaca dirumah.
Sepulang
sekolah dia membaca buku yang diberikan cowok tadi, sambil terus memikirkan apa
yang menyebabkan jantungnya selalu berdetak saat bertemu cowok tadi.
Sore hari dia
membantu ibunya memasak karena akan ada saudaranya yang akan datang dari
Surabaya, sehingga ibunya masak sangat banyak dan menyiapkan berbagai minuman
dan camilan untuk menyambut mereka.
“bu?”
“ada apa
Ren?”
“ibu pernah
ngak berdebar ketika melihat cowok?” tanyanya
“pernah”
jawab ibunya
“siapa cowok
itu bu?”
“tentu saja
ayahmu, siapa lagi yang membuat ibu berdebar ketika melihat lelaki selain
ayahmu. Dengar Ren kalau kamu berdebar melihat lelaki berarti dia itu jodoh
kamu, lihatlah dia mampu membuat hatimu berdebar tanpa kau sadari” jelas ibunya
“ayo cepat kamu bersihkan meja makan, saudaramu akan segera tiba”
Rena
menyiapkan meja makan dan menata makanannya. Sore menjelang maghrib, mobil
saudaranya tiba di halaman rumahnya. Rena segera memberitahukan ibunya.
Saudaranya pun segera turun dari mobil dan masuk rumah Rena. Ayah Rena pun
pulang cepat hari itu. Ada sepupu Rena juga yang sangat dekat dengannya, mereka
saling bercerita kesibukan masing-masing dan bercerita soal pacar, maklum umur
mereka tak terpaut jauh.
“bang, aku
mau cerita nih”
“cerita apa
dek, cerita saja sama abang, siapa tau abang bisa kasih saran”. Kata abangnya
“aku suka
sama cowok udah lama bang tapi aku takut buat ngungkapin perasaanku ke dia”
“apa dia
senior disekolahmu?”
“iya bang
dia kakak kelasku”
“emang kamu
yakin dia gak punya cewek?” Tanya abangnya
Langsung
saja Rena tersentak mendengar pertanyaan abangnya, kenapa juga dia tak berfikir
sejauh itu “tapi aku tak pernah melihat dia bersama cewek bang”
“belum tentu
yang kamu lihat benar, gimana kalau dia menggandeng cewek saat kamu tak
melihatnya, sebaiknya kamu selidiki benar-benar baru melakukan pendekatan,
percuma saja kalau suka tapi dipendam, malah akan menyakiti dirimu sendiri”
kata abangya
Rena
memikirkan kata-kata abangnya, ‘bener juga kata abang, besok aku akan mulai
menyelidikinya’ batinnya
“makasih ya
bang”. Sambil memeluk abangnya
Keesokan
harinya Rena mulai menyelidiki Arga dan memberanikan dirinya untuk mendekati
Arga. Sesuai saran abangnya.
“boleh duduk
disini?” Rena menatap Arga dan duduk disampingnya dikantin
“silahkan
aja, gak ada yang nempatin juga”, jawab Arga
“kakak
kenapa sendirian?” Rena memberanikan untuk memulai percakapan
Sejak saat
itu Rena mulai tidak canggung lagi untuk mendekati Arga
Sudah sebulan
Rena selalu ke kantin bareng Arga, dan diantar pulang Arga.
Rena
menelepon teman-temannya dan bercerita mengenai pendekatannya dengan Arga.
Sore-sore mereka berempat keluar untuk jalan-jalan disebuah mall.
“serius kamu
deketin Arga, kenapa gak dari dulu aja?” Tanya Vanny
“udah
sedekat apa kalian?” Tanya Sherly
“kamu yakin
dia bakalan ngrespon kamu?” tambah Ana
“bisa ngak
Tanyanya satu-satu”, sambil cengar cengir Rena menjawab pertanyaan
teman-temannya
“memang
susah buat memulainya tapi kalau aku gak bergerak perasaanku akan terpendam
selama-lamanya”, jawabnya
Rena dan
Arga sudah sering bareng, disekolah maupun janjian keluar untuk jalan-jalan.
“kak, apa kakak sudah punya cewek?” tanyanya sambil malu-malu
Arga tak
segera menjawab pertanyaan Rena malah mengajak Rena pergi untuk makan ice
cream. Rena pun tak berani bertanya untuk kedua kalinya karena takut Arga akan
marah dan tak mau lagi pergi bersama.
Hari itu
hari kamis, waktunya jam olahraga untuk kelas Rena. Mereka semua bermain bola
basket, Rena sungguh sangat tidak bisa dalam pelajaran ini, dia memilih untuk
menunggu di UKS pura-pura sakit daripada mengikuti jam olahraga. Di UKS sangat
sepi saat itu, ‘gak biasanya UKS sepi kayak gini, biasanya ada satu dua siswa
yang sakit di UKS. Diapun memasuki ruangan dan membuka hp nya memainkan musik
untuk mengisi waktunya sambil menunggu jam pelajararan olahraga usai. Terdengar
suara kaki memasuki ruangan UKS.
“kamu
sakit?” Tanya cowok itu
Berdebar
lagi jantung Rena, sungguh Rena tak kuat menahan semua itu, dia langsung
meninggalkan ruangan tanpa menjawab pertanyaan cowok itu. Dia pun duduk ditaman
sendirian.
“Ren kamu
kan sakit kenapa gak di UKS saja?” tegur teman sekelasnya saat menjumpai Rena
sedang duduk ditaman.
“iyah aku
lagi sakit perut nih, pengen cari udara segar biar cepet sembuh”, jawab Rena
asal
Akhirnya jam
pelajaran telah usai, teman-temannya mendatangi Rena ditaman. “kamu tumben
nunggu disini, biasanya juga di UKS enak bisa tidur”, kata Ana
“iyah lagi
suntuk aja di UKS, ketemu cowok misterius itu lagi”
“dia lagi …
apa kalian pernah ada hubungan sebelumnya, kalian bisa kayak jodoh gini yah”
“ngaco aja”
jawab Rena kesal
“habisnya
kamu malah berebar saat bertemu cowok itu kan, bukannya Arga” jawab Sherly
“entahlah,
aku sendiri bingung”
“mending
kamu sama dia aja, toh Arga belum juga ngrespon kan” kata Ana
“An kamu
jangan ngomong gitu dong, udah sejauh ini usaha Rena” bela Sherly
Udah 3 bulan
lamanya Rena jalan bareng Arga tanpa kejelasan status, dan membuat Rena semakin
risih dengan keadaan yang digantungkan Arga. Rena mengajak keluar Arga dan
berencana untuk menanyakan perasaan Arga padanya. Malem pun tiba, Arga sudah
menjemput Rena dirumahnya
“kak, aku
mau menanyakan sesuatu”
“apa Ren?”
“kakak belum
sempat menjawab pertanyaanku saat itu, soal status kakak”
Arga pun
terdiam, “Ren aku senang sekali bisa jalan sama kamu, kamu cewek yang baik dan
menyenangkan. Aku bisa jalan sama kamu karena aku gak bisa jalan dengan cewek
aku”, jawab Arga
Mendengar
pernyataan Arga hati Rena langsung hancur, bagai disambar petir disiang bolong.
Tak terasa air mata itu menetes dipipi Rena. Tanpa basa basi lagi Rena langsung
keluar dari mobil dan berlari sekencang-kencangnya. Dia berhenti disebuah café
untuk menenangkan hatinya. Dia menangis terngiang jawaban Arga yang diluar
dugaannya. Disana ia bertemu cowok misterius itu lagi, dan lagi-lagi dia
berdebar tak menentu. Cowok itu menyodorkan sapu tangan miliknya kepada rena.
Rena langsung mengambil dan mengusap air matanya tanpa melihat siapa yang
memberinya. Setelah dia menoleh untuk berterimakasih cowok itu sudah tidak ada.
Rena pulang sendirian, dan menangis dikamarnya.
‘sehari dua hari aku melihatmu
Tiga hari empat hari aku tertarik padamu
Lima hari enam hari eku menyukaimu
Dan seterusnya aku memujamu
Namun dihari ini kau patahkan hatiku
Entah apa yang membuatmu tak menyukaiku
Sudah kulakukan hal terberat dalam hatiku
Ingat saat aku mendekatimu, duduk bersamamu
Sudah aku impikan dimalamku
Untuk bersanding dan menggenggam tangamu
Siapa gadis itu, yang beruntung memiliki hatimu lebih dulu
Apakah ku tak sebaik dia
Apakah ku tak secantik dia
Apakah ku tak sepantas dia
Yang bisa memilikihatimu, dan selalu menggenggam tulus
tanganmu’
Dia menutup
diarynya dan menangis semalam suntuk.
Dia tiba
disekolah dengan mata sembab “sudahlah Ren biarkan saja, mungkin dia bukan
lelaki tepat buatmu” hibur Sherly
“kamu baik
Ren, kamu akan bertemu pria baik diluar sana. Kamu hanya perlu menunggu” tambah
Vanny
“tapi cinta
pertamaku Arga Van, kenapa dia gak bilang dari dulu kalau dia sudah punya
cewek, dan menggantungkanku selama ini. Kenapa dia begitu tega. Apakah aku
punya salah sama dia?” sambil terisak dia tidak kuat menahan air matanya jatuh.
Teman-temannya
menghibur Rena agar dia bisa ceria lagi dan mampu melupakan cowok yang sudah
menyakitinya, cowok yang juga menjadi cinta pertamanya.
“dimana Ana
yah, gak biasanya dia ngilang gini?” Tanya Vanny saat menyadari salah satu
temannya tak ada.
“mungkin dia
dikelas, dia tak ikut bersama kita saat kekantin tadi.” Jawab Sherly
Mereka
bertiga kembali kekelas.
“Ren lihat”.
Tunjuk Sherly pada seorang cewek yang bersama Arga dipinggir lapangan
“siapa dia?”
“apa mungkin
dia ceweknya Arga?” kata Sherly
Tak lama
Rena langsung berlari menuju mereka berdua. Dan sangat kaget melihat siapa
cewek yang bersama Arga. “ANA” kata Rena sambil membelalak karena dia sangat
kaget
“apa maksud
kalian?” Tanya Rena
“aku mau
jelasin sesuatu Ren”, kata Ana
“aku minta
maaf Ren sebelumnya, semua berjalan tak terduga dan aku tak bermaksud
menyakitimu” jelas Arga
“semua sudah
jelas sekarang, terimakasih atas semuanya, terutama kamu Ana, pasti sulit
bagimu untuk bermuka dua. Berbahagia diatas kesakitan temanmu, dan
menyembunyikan rahasiamu”
“aku bisa
jelasin Ren”
“kamu yang
harus mendengar penjelasanku, begitukah arti teman menurutmu, HAH sungguh indah
sekali” Rena langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
“tak
kusangka Ana bisa begitu” sambil mengelus pundak Rena, Sherly mencoba
menenangkan Rena
“kenapa dia
bisa menyembunyikan hubungan mereka dan berbuat seperti ini padamu Ren”
“sudahlah
Van untuk hal seperti ini gak ada yang perlu dijelaskan lagi, memang mereka
berdua yang sudah keterlaluan” jawab Sherly. Sedang Rena yang masih saja
menangis menerima perlakuan ini.
Sesampainya
dirumah ternyata Ana sudah menunggunya di depan rumahnya. Rena pun tak
menghiraukannya dan bergegas masuk
“Ren aku
mohon, aku perlu bicara”
“sudahlah
An, kamu sudah berhasil kok, sudah berhasil membuatku patah hati” jawabnya
“aku mohon
Ren, ini akan menjadi terakhir kalinya aku berbicara denganmu”
Rena tak menghiraukan
sama sekali dan segera masuk rumahnya. Ana tetap menunggunya diluar hingga sore
menjelang. “kenapa kamu tidak membiarkan masuk temanmu Ren?” Tanya ibunya
“dia sudah
bukan temanku lagi bu”
“gak ada
yang namanya bukan teman lagi Ren, ingat kalian selalu bersama-sama. Jangan
biarkan keegoisanmu membuatmu menyesal pada akhirnya”. Saran ibunya
Setelah
berpikir panjang akhirnya Rena pun mendatangi Ana yang sedari tadi menunggunya
diluar. Ketika Rena berjalan keluar pagar dia tak mendapati Ana disitu, dia
mencari-cari, namun yang ditemukan hanya selembar kertas dibawah batu. Rena
membukanya perlahan
‘dear Rena temanku
Mungkin kamu sudah tak menganggap
demikian
Namun aku bener-bener mengatakan
penyesalanku yang setulus-tulusnya padamu
Andai aku bisa memperbaiki segalanya
untuk memperbaiki persahabatan kita
Sudah setahun lamanya kita bersama,
bercerita dan mengerjakan tugas bersama
Namun ada satu hal yang aku belum
bersiap untuk menceritakan padamu
Bukan karena aku pelit, namun aku belum
sempat
Waktu sungguh tak tepat ketika aku
akan bercerita padamu
Aku dan Arga sesungguhnya sudah
bersama sejak SMP
Namun kau tahu bagaimana keluarga
Arga memandang keluargaku
Dan alesan itu yang menjadikan kita
harus diam-diam begini
Aku tak bisa jalan, makan, dan pergi bersama
dia, seperti yang kamu lakukan sama Arga
Ketika aku hendak mengatakannya
padamu kulihat kau sangat bahagia ketika melihat Arga dari jauh
Dan besoknya kau mengatakan kalau kau
menyukai Arga
Sungguh aku sangat dilema, aku
berpikir bahwa mungkin aku bisa sedikit berbagi denganmu sebuah cinta.namun aku
tahu itu sangat tolol kedengarannya.
Membiarkan kekasih kita menggandeng
teman kita sendiri
Kalau ada sesuatu yang bisa kulakukan
untuk memperbaiki semuanya,
andai saja….. kau mau lagi berbicara
dan menerimaku sebagai teman
salam dari temanmu
Ana
Begitulah
isi surat yang dituliskan Ana untuk Rena, Rena bingung harus bagaimana, disisi
lain sebenarnya niat Ana baik namun bagaimana mungkin dia tak mempermainkan
perasaan Rena. Membuatnya melambung tinggi dan menjatuhkannya
serendah-rendahnya. Rena merobek dan membuang surat itu. Entah dia harus berbut
apa untuk Ana.
Pagi ketika
sekolah Rena bertemu Ana didepan sekolahnya bersama Arga. Sungguh sangat
teriris hati Rena melihat keduanya. Dia pun berlari ke teman, menyendiri untuk
menenangkan dirinya dan bisa menerima kenyataan pahit ini. Ternyata Ana
membuntutinya dibelakang. Ana menepuk bahu Rena,
“aku siap
melepaskan Arga jika itu membuatmu lebih baik”
Rena
menghela nafas panjang, “aku sudah berkorban perasaan untukmu, kamu akan lebih
menyakitiku jika pengorbananku sia-sia” dia berhenti sejenak menghela nafas
lagi, “jaga hubungan kalian, kalian sudah sejauh ini
“tapi aku
gak bisa bersenang-senang diatas kesedihan temanku sendiri Ren, maafin aku”
“pada awalnya
aku sudah menduga saat pertama melihat kedekatan kalian dikantin, namun aku
menyangkalnya sendiri hanya untuk menenangkan hatiku. Arga adalah teman masa
kecilku dulu. Dia sangat baik dan mengajarkanku rasa suka. Membuatku bisa
menulis sajak-sajak indah sepanjang malam, memberiku mimpi indah, dan mengusir
mimpi buruk yang mengusikku. Aku berpikir dia cinta pertamaku dan aku harus
mendekatinya.” HAHHH Rena menghela nafas begitu panjang dan melanjutkan
ceritanya lagi, sementara Ana menyembunyikan tangisnya
“aku sangat
sedih ternyata cewek beruntung itu adalah sahabatku sendiri, awalnya aku
berpikir kamu juga tak pantas mendapatkan hati Arga seperti aku. Namun aku
menyadari bahwa cinta bukan soal kesempurnaan. Aku merelakan Arga untuk hal
yang dicintainya jauh membuatku terlihat dewasa, daripada memaksanya untuk
mencintaiku.”
Rena lalu
tersenyum pada Ana dan memeluknya.
“terimakasih
Ren, kamu benar-benar memahamiku sepenuhnya. Terimakasih sekali lagi” sambil
terisak Ana memeluk temannya itu
“cepat kamu
samperin Arga dia sudah menunggumu terlalu lama, jangan biarkan lagi dia
menggandeng cewek lain lagi. Jangan biarkan dia menyakiti hatimu yang sudah
banyak berkorban”. Ana pergi meninggalkan Rena sendirian di taman. Rena tak
kuasa membendung tangisannya. Dia menangis begitu lama, dia berlari menuju
belakang sekolah yang tidak satupun siswa akan mememukannya. Setelah dia puas
mencurahkan kekesalannya dengan menangis dia pun menghapus air matanya dan
berbalik badan untuk kembali kekelasnya. Tak disangka – sangka berdiri cowok
itu dengan membawa sapu tangan. Rena pun tak tahu harus berkata, betindak apa
saat itu. Dengan keadaan yang masih basah kuyub dengan air mata
“kamu betah
banget nangis”. Kata cowok itu
“kamu
menghabiskan 2 jam disini untuk menangis tanpa berkata dan tanpa jeda sungguh
luar biasa”, cowok tersebut berkata
Entah Rena
sangat tenang dengan kehadiran cowok itu, “jay, bagaimana kamu bisa tahu aku
disini?”
“aneh sekali
kamu manggil aku dengan sebutan nama”
“kenapa?”
Tanya Rena
“entahlah,
rasanya ini sangat membahagiakan bagiku, mendengarmu memanggil namaku”
Rena pun
tersenyum.
“ayo aku
tunjukan sesuatu” Jay menarik tangan Rena dan mengajaknya pergi ke suatu
tempat.
“ini masih
jam pelajaran bagaimana bisa kamu keluar kelas?” Rena pun menghentikan langkahnya
“dan ini
masih jam pelajaran bagimana bisa kamu keluar kelas hanya untuk menangis
dibelakang gedung sekolah” balas Jay
Rena
mengikuti langkah Jay. Entah akan dibawa kemana Rena. Dia berjalan……berjalan
menyusuri jalan. Tak berkata dan bertanya seakan dia membiarkan Jay untuk
membawanya pergi dari kepedihan hatinya. Tiba disuatu tempat yang tak asing
baginya, entahlah apa Rena pernah kesini sebelumnya. Hatinya begitu tenang
melihat air yang tenang juga di danau itu. Memantulkan bayangan pohon-pohon
disekitarnya, dan Jay membawanya pada bangku dipinggir danau itu.
“indah
sekali Jay, kenapa aku merasa seperti sudah kesini sebelumnya. Indah sekali
Jay”
Jay tak
mengatakan apapun, dia ikut terhanyut menikmati pemandangan danau ini
“aku tak
pernah melihat danau ini begitu indah seperti hari ini”
“mengapa
demikian?” Rena penasaran
“mungkin ada
bidadari yang sudah kuimpikan menemaniku di sisi danau ini, terlihat danau pun
ikut bahagia” sambil tetap memandangi danau itu.
“terimakasih
Jay, apa kamu selalu membawa sapu tangan tiap hari. Kenapa kebetulan sekali”
“terkadang
kamu tak menyadari seseorang dibelakangmu lebih memperhatikanmu karena saking
sibuknya kamu dengan hal yang kamu perhatikan sendiri”
Rena
terdiam, mencerna kata-kata yang keluar dari mulut Jay. Mereka sangat lama
terduduk di bangku danau. Rena mengajak Jay untuk menemaninya pergi ke suatu
tempat. Disebuah rumah yang semasa kecil ia habiskan waktunya. Rena
menceritakan menganai hal lucu dari dirinya, menceritakan kekesalannya, dan
semuanya. Dia begitu terbuka saat itu kepada Jay. Jay menemukan sesuatu yang
tak asing baginya. Dia mengambilnya, membolak baliknya untuk mengingat-ingat
benda itu.
“itu
pemberian Arga, kamu bisa membuangnya”. Suara Rena mengagetkannya
“sudah 10
tahun lalu, ketika dia berikan itu kepadaku, aku berharap bisa membukanya
bersama-sama”
Jay masih
terdiam, mencoba membukanya. Kotak dari kardus. Dia membukanya pelan-pelan
sambil meniup debu yang mengotorinya. Dia sudah sangat ingat sekarang.
“kamu masih
menyimpan kotak ini?” Tanya Jay
“maksud
kamu?” Rena berfikir hanya dia dan Arga saja yang mengetahui kotak itu
Rena
mengambil kotak itu dan membukanya. Tiba-tiba saja Jay melarangnya.
“kamu bilang
tak ingin membukanya jika tak bersama Arga kan, lebih baik kamu buang saja”.
Lantas Jay pergi meninggalkan Rena. Rena bingung dengan sikap Jay yang
tiba-tiba aneh, padahal hari ini dia sudah merasa sangat dekat bisa bercerita
panjang lebar dan menghabiskan waktu bersama Jay. ‘apa yang membuat Jay
melarangku membuka kotak ini’, batinnya
Rena
memutuskan membuka kotak itu dengan perlahan. Dia sangat kaget ketika membuka
kotak yang sudah berumur 10 tahun itu. Disitu tertulis dengan agak buram karena
termakan waktu “Jay love Rena”. Terbelalak mata Rena membaca tulisan 10 tahun
itu yang terukir indah. Fikirannya bercampur aduk, ‘jadi Jay yang memberikan
kotak ini 10 tahun lalu’. Segera Rena mengejar Jay namun dia tak kunjung
menemukannya. Dia melihat lagi tulisan itu yang terukir di batu. Tertanggal 13
nov’1996. Tepat 10 tahun yang lalu, tepat bertepatan pada hari ini. Hari dimana
kotak itu diberikan kepada Rena dan tepat untuk pertama kalinya dia merasa
begitu tenang bersama Jay.
Rena
mengetahui dimana menemukan Jay, dia berjalan menuju danau. Namun Jay tak ada
disana. Rena tetap menunggu dan berharap jay bisa menemukannya sama seperti dia
menemukannya dibelakang gedung sekolah. Jam menunjukan pukul 5 sore, sudah 2
jam lebih dia menanti kehadiran Jay, namun tak kunjung terlihat juga. Rena
pulang dengan kecewa. Berfikir sepanjang jalan mengingat siapa sebenarnya Jay
yang begitu memperhatikannya.
Keesokan
paginya dia berangkat kesekolah, berharap bisa bertemu Jay di lapangan tempat
Jay biasanya bermain bola bersama teman-temannya. Dia tak menemukan Jay di
lapangan, mencari kepenjuru sekolahan. Entah dimana Jay sekarang.
Setibanya
dirumah dia terlihat begitu murung tak seperti biasanya. Ibunya menghampirinya
di kamarnya. “kemu terlihat murung saja Ren, cerita ke ibu”
“enggak bu,
Rena Cuma lagi mikirin ujian semester depan saja”
“kamu anak
ibu mana mungkin kamu bisa membohongi ibu yang sudah 9 bulan mengandungmu”
Rena akhirnya
menceritakan kejadian yang menimpanya, mulai dari persahabatannya bersama Ana,
mengenai Arga cowok yang disukainya, dan tentang Jay, cowok misterius yang
selalu memperhatikannya.
“kamu sudah
benar untuk memafkan temanmu, memang ada suatu kondisi yang kita coba
menghindarnya namun tetap terjadi pada kita. Semua itu semata untuk membuat
kita semakin dewasa” ibunya diam lalu menceritakan lagi sesuatu yang terjadi
dulu saat Rena sakit ketika masih duduk dibangku SD
“waktu kamu
kelas 3 SD kamu sakit, penyakit yang mengharuskanmu untuk tranfusi ginjal, kamu
tahu sangat mahal untuk mencarikanmu pendonor. Kamu berbaring dirumah sakit
sudah seminggu, gaji ayahmu tak cukup untuk memberimu kesembuhan, sampai pada
suatu ketika datang seorang anak lelaki bersama ibunya. Yang mengagetkan kita
semua. Anak lelakinya, dia masih seumuran denganmu ingin memberikan ginjalnya
padamu. Kita semua menolak, namun alasan anak lelaki tadi sungguh membuat kita
berdecak kagum. Dia berkata ‘kita tak bisa mengatur siapa yang menjadi tulang
rusuk kita, namun kita bisa mengatur siapa orang yang berhak menerima sebagian
tubuh kita, dan aku memilih Rena untuk memiliki sebagian tubuhku yang
berharga’. Dilakukanlah operasi setelah cek kesehatan anak lelaki itu. Kita
mencoba memberi imbalan kepada lelaki itu namun dia menolaknya. “kami tak ingin
dibayar karena sesuatu hal seperti ini, tubuh ini adalah titipan, akan sangat
beruntung jika seseorang bisa mengambilnya agar bertahan hidup” katanya. Dia
bukan saudara ataupun teman yang kita kenal, namun perbuatannya sungguh
terpuji, mereka tak pernah kembali lagi ketika operasi selesai. Banyak orang
yang lebih memperhatikan kita bahkan lebih memperhatikan kita dari pada kita sendiri.
Maka kamu jangan egois hanya mementingkan perasanmu semata” ibunya menghentikan
ceritanya
“ibu tak
mengingat sedikitpun tentang keluarga itu?” Tanya Rena
“tidak,
namun anak lelaki itu memberikan kotak dari kardus, ibu tak membukanya. Seingat
ibu, ibu letakkan disamping ranjang rumah sakit. Entahlah mungkin sudah
terbuang oleh suster”. ‘kotak kardus’ rena mengingatnya lagi. Rena pun
mengambil kotak tadi dan menunjukannya pada ibunya. “apakah kotak seperti ini
yang ibu maksud?”
Ibunya
memegang kotak itu. “iya kalau ibu tidak salah ini persis kotak yang diberikan
lelaki itu”.
Rena pun
kaget dengan pernyataan ibunya, dia memikirkan hal ini sepanjang malam. ‘jadi
inilah yang membuatku selalu berdebar ketika bertemu denganmu, mengapa kamu tak
pernah bilang kalau kamu penyelamat hidupku, kaulah puisiku selama ini, namun
keterbatasanku menyadari hal yang tak kuketahui. Jay dimana kamu?’
Paginya dia
sekolah seperti biasa, “Ren jalan yuk” ajar Sherly
“iya Ren
kamu murung terus akhir-akhir ini, kita mau menghiburmu”. Tambah Vanny
“Ren” sapa
Ana tiba-tiba
“An aku
mohon kamu pergi dari sini, kamu sudah cukup membuat kami kecewa dengan
ketidakjujuranmu”. Usir Vanny
“sudahlah
Van, ada apa An?” Tanya Rena ramah
“aku mau
pamit, aku akan pindah di Semarang, ayahku pindah tugas disana. Aku ingin kamu
menerima ini” Ana menyodorkan kaos bertuliskan ‘friend never die’
“terimakasih
An, tapi aku gak menerima pemberianmu” tolak Rena
“kecuali
kamu memeluk kita lagi sebelum kamu pergi”, tambah Rena dengan senyum simpul
dibibirnya.
Langsung
berpelukanlah mereka berempat, masing-masing mengucapkan maaf, dan pergilah Ana
dari sekolah untuk pindah ke Semarang mengikuti ayahnya.
Rena melihat
Arga dilapangan, sambil tersenyum, dan mengingat masa itu, masa dimana dia
sangat memujanya. Dia berjalan, menyusuri lorong sekolah, tibalah dia di
perpustakaan. Berdiri tepat saat dimana Jay memberikan buku itu. Berjalan lagi di
taman, dan dimana-mana selalu terlihat bayangan Jay. ‘sungguh kamu tak ingin
memberiku kesempatan Jay, bahkan untuk mengucapkan terimakasih kepadamu’
Sudah
sebulan Rena tak bertemu Jay, dia semakin sibuk dengan kegiatannya disekolahan,
dia sengaja menyibukkan dirinya agar tak teringat pada Jay. Suatu ketika
organisasinya, Rena tergabung dalam Pecinta Alam disekolahnya memilih lokasi
untuk materi bifak. Dia mengusulkan untuk mengunjungi danau, danau dimana
dirinya dan Jay menghabiskan waktu sebelum Jay menghilang entah kemana. Dia
beserta semua peserta sudah berada di danau itu. Sungguh sangat mengecewakan
Rena tak menemukan apapun untuk mengetahui dimana Jay berada. ‘setidaknya aku
bisa mengenang hari itu bersamamu jay, aku menunggu kehadiranmu’
Sudah sore
menjelang, kegiatan Pecinta Alam berakhir dan mereka semua kembali pulang. “Ren
balik yuk udah sore”, ajak temannya
“iyah nanti
aku nyusul”, dia masih menikmati sore yang indah di danau itu.
Ketika itu
pukul 2 siang, seorang wanita menghampirinya saat dia minum es degan dipinggir
jalan bersama vanny dan Sherly.
“apa kamu
yang bernama Rena?” Tanya wanita sebaya itu
“saya Rena
bu, ada apa ya?”
Ibu itu pun
mengajak Rena kerumahnya. Rena menemukan foto didinding yang sangat dikenalnya.
“ibu, ibunya Jay?” tanyanya dengan mata berbinar karena bahagia telah menemukan
tempat tinggal Jay
“iya, saya
ibunya Jay”
“tolong
katakan dimana Jay sekarang bu? Aku ingin berterimakasih kepadanya karena sudah
menolong nyawa saya, juga saya ingin berterimakasih kepada ibu atas kebaikan
ibu merelakan anak ibu berkorban demi saya”.
Ibu itu
memulai pembicaraannya, “Jay sangat aneh, ketika itu 10 tahun yang lalu, dia
bermimpi bertemu denganmu, dalam mimpi itu katanya dia melihat bidadari yang
menemaninya disebuah danau, untuk anak sekecil itu dia sudah bisa memberikan
kebahagiaan untuk orang yang dicintainya. Dia selalu bercerita tentangmu. Aku
senang sekali, orang yang menerima organ tubuh Jay sebaik kamu”.
“sekarang
Jay dimana bu?” Tanya rena
“dia bersama
ayahnya di Bandung” dia bilang akan pulang liburan nanti. Sambungnya
Liburan
sudah tiba Rena sengaja tak ikut kedua orang tuanya ke Surabaya karena dia
ingin menemui Jay, namun penantiannya sia-sia saja, Jay tak kunjung pulang. Dia
selalu menunggu Jay dan ingin mengucapkan terimakasih atas kebaikannya, menanti
dan menanti sampai akhirnya dia lupa bahwa dirinya masih menanti Jay.
Ujian
Nsional akan dilaksanakan minggu depan, semua murid kelas 3 diharap hanya
dirumah dan belajar, tak terkecuali Rena. Dia sangat serius dalam belajar.
Sesekali Vanny dan Sherly datang kerumahnya untuk menyelesaikan soal bersama.
Bagi ketiganya persiapan sangat matang sehingga tak menemui kendala saat
mengerjakan soal ujian. Empat hari setelah ujian nasional kelas 3 berencana
untuk berlibur ke Raja Ampat selama 3 hari. 3 hari yang menjadi hari terakhir
Rena dan teman-teman sekelasnya untuk bersama, karena masing-masing dari mereka
akan melanjutkan kehidupan masing-masing, melanjutkan ke jenjang kuliah,
bekerja, atau menikah. Semua sudah menjadi pilihan tiap pribadi.
“kamu akan
melanjutkan studymu di Surabaya saja yah Ren, kamu tinggal bersama tantemu
disana”, kata ibunya saat makan malam bersama.
“iya bu, aku
dengar di Surabaya juga kampusnya tak kalah bagus daripada disini”
“Lusa ayah
akan mengantarmu ke Surabaya, kamu akan ditemani abangmu mencari dan mendaftar
di Universitas disana”. Tambah ayahnya
Rena mulai
mengemas pakaiannya dan barang-barang yang perlu dibawa, tak terasa dia sudah
mengisi satu koper penuh dan satu lagi tas besar. Ibunya membantu dia untuk
mempersiapkan perlengkapannya selama di Surabaya.
Tibalah hari
keberangkatan Rena ke Surabaya. “Rena pamit bu, doakan agar semuanya lancar”.
Sambil mencium tangan ibunya
Ayahnya yang
sedari tadi menunggu dimobil karena sudah pukul 8, takut ketinggalan pesawat.
“ayo Ren” ajak ayahnya
Setelah
perjalanan selama berjam- jam akhirnya tibalah dia di kota pahlawan, tante, om
dan abangnya telah menantinya di bandara. Tibalah dirumah tantenya, dia
membereskan semua baju-bajunya dan segera mencari kampus untuknya. Rena memilih
fakultas Psikologi untuk melanjutkan jenjang karirnya disalah satu kampus
swasta di Surabaya.
Lima tahun
berlalu begitu cepat di Surabaya, dia hendak kembali ke Jakarta. Setibanya
dirumah dia langsung mengistirahatkan badannya.
“Ren tadi
ada seseorang memberikan ini untukmu”, ibunya memberikan sepucuk surat tertanda
dari Jay
Rena
buru-buru mengambilnya dari tangan ibunya dan membacanya. “tertanggal 13 Nov 2012, aku tunggu di danau hari ini” hanya begitu
saja surat dari Jay,
“pelit
sekali aku pikir dia akan menulis banyak kalimat ternyata hanya sebaris kalimat
ini saja” kesalnya
Langsung
Rena ganti pakaian dan segera menemui Jay
“Ren kemana
kamu? Istirahat sana besok baru keluar apa kamu tidak capek perjalanan dari
Surabaya”, cegah ibunya
“hanya
sebentar bu”
Rena pun
bergegas mengendarai mobil ayahnya menuju danau. Dia berjalan perlahan, berharap
seseorang itu benar-benr akan ditemuinya. Dia melihat sosok lelaki bertubuh
tinggi dan atletis sedang menunggunya di bangku pinggir sungai. Perlahan dia
lalu memegang bahunya, saat lelaki itu menoleh ternyata dia benar lelaki yang
ditunggunya selama ini, yang membuatnya tak bisa berpindah ke lain hati, dan
selalu menunggu dan menunggunya hingga detik ini. Mereka berdua duduk
berdampingan dibangku ini.
“kemana saja
selama ini”, Tanya Rena ketus
“hanya pergi
sebentar”, jawabnya enteng yang semakin membuat Rena kesal
“sebentar
katamu, 5 tahun sebentar bagimu, namun tanpa kabar tanpa tahu kamu ada dimana”
“15 tahun
yang lalu aku memimpikan hal ini dan sekarang bertepatan dengan hari dimana aku
memberikan kotak itu aku benar-benar bersamamu duduk didanau ini”
Rena
mendengarkan semua yang akan dijelaskan Jay padanya
“kamu hadir
dalam mimpiku 15 tahun yang lalu, kamu membuatku percaya akan kehadiranmu
didunia ini untukku. Ketika aku melihat kamu menyukai lelaki lain itu aku tetap
menunggu, menunggu … menunggu hingga saatnya kau sadar, bahwa ada lelaki yang
bahkan lebih lama menantimu”. Jelasnya lagi
Hari itu
begitu indah sekali, dua sejoli yang menghabiskan waktu sore hari bersama,
menghitung mundur waktu tenggelamnya matahari, ikut tenggelam pula masa masa penantian
mereka.
“Rambutmu
tergerai indah
Bersama
pantulan sinar mentari yang membuat rambutmu nan berkilau
Menerpa
hatiku tanpa ampun
Menundukkan
perasaanku padamu
Kau tatap
dalam-dalam mataku
Kau
ucapkan kata-kata cinta padaku
Menggenggam
lembut jemariku
Kau
belahan hidupku
Selalu
indah saat memimpikanmu
Meski
hanya mimpi semata
Kuyakin
Tuhan punya rencana untuk kita” (13 November 1996, Jay untuk Rena teman SD ku)
(Bella
nosevia A. September 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar